BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Senin, Agustus 03, 2009

My Self

Manusia hanya bisa berpikir dan berusaha, namun Sang Kuasalah pnentuNYA, So..Jangan terus bersedih (La Tahzan) apalagi sampae mengeluhkan taqdir yang telah menjadi Keputusan_NYA...

4 My Beloved Father...

Papa....... _Kiki IC_

Terangnya hidup di dunia,
karena sinar kasihmu papa,
biar duka menyelimuti kita,
kau selalu hadirkan bahagia...
apapun keadaanmu,, bagiku kau bagaikan raja,
pelindungku dari segala badai,
siang malam, kau hangatkan aku...

Bila Tuhan izinkan aku bicara,
ku berjanji tak akan pernah menyesal,
punya dia,, yang terhebat,, hanyalah dia...
Bila Tuuhan izinkan aku meminta,
hanya ada satu pintaku yang suci,,
Hanya untuk,, dia Bahagia....

ohhh... Papa....

Keutamaan Membaca dan Menghafal Alqur'an

Di antara keutamaan membaca Al-Qur`an adalah:

1. Akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT.
Umar bin Khattab ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT akan mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini (Al-Qur`an), dengannya pula Allah akan merendahkan kaum yang lain.” (HR Muslim).

2. Menjad syafaat pada hari kiamat.
Abu Umamah ra berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Bacalah Al-Qur`an sebab Al-Qur`an akan datang pada hari kiamat sebagai sesuatu yang dapat memberikan syafaat (pertolongan) kepada orang keutamaan orang yang mempunyainya.’” (HR Muslim).

3. Hidup bersama para malaikat dan mendapat dua pahala bagi yang belum mahir membacanya.
Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Orang yang membaca Al-Qur`an dan dia sudah mahir dengan bacaannya itu, maka ia beserta para malaikat utusan Allah yang mulia lagi sangat berbakti, sedangkan orang yang membaca Al-Qur`an dan ia belum lancar dan merasa kesukaran dalam membacanya, maka dia memperoleh dua pahala.” (HR Bukhari-Muslim).

4. Membaca satu huruf akan mendapat sepuluh pahala kebajikan.
Ibnu Mas’ud ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Orang yang membaca sebuah huruf dari Kitabullah (Al-Qur`an), maka ia memperoleh suatu kebaikan, sedang satu kebaikan itu akan dibalas dengan sepuluh kali lipat yang seperti itu. Saya tidak mengatakan bahwa alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif adalah satu huruf, lam satu huruf dan mim juga satu huruf.” (HR Imam Tirmidzi).

5. Mendapat ketenangan dan rahmat dari Allah SWT.
Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah-rumah Allah untuk melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur`an dan mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka ketenangan, akan dilingkupi pada diri mereka dengan rahmat, akan dilingkari oleh para malaikat dan Allah pun akan menyebut (memuji) mereka pada makhluk yang ada di dekat-Nya.” (HR Muslim).

6. Khatam Al-Qur`an merupakan amalan yang paling dicintai oleh Allah SWT.
Ibnu Abbas ra berkata bahwa ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah saw, “Wahai Rasulullah, amalan apakah yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab, “Al-hal wal murtahal.” Orang ini bertanya lagi, “Apa itu al-hal wal murtahal, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu yang membaca Al-Qur`an dari awal hingga akhir. Setiap kali selesai, ia mengulanginya lagi dari awal.” (HR Tirmidzi).

7. Akan mendapatkan shalawat dan doa dari malaikat.
Sa’ad bin Abi Waqas berkata, “Apabila Al-Qur`an dikhatamkan bertepatan pada permulaan malam, maka malaikat akan bershalawat (berdoa) untuknya hingga subuh. Dan apabila khatam bertepatan pada akhir malam, maka malaikat akan bershalawat dan berdoa untuknya hingga sore hari.” (HR Ad-Darimi).



Keutamaan Menghafal Al-Qur`an

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur`an, dan sesungguhnya Kami pula yang akan benar-benar memeliharanya. (QS Al-Hijr [15]: 9)

Al-Qur`an merupakan satu-satunya kitab suci di muka bumi ini yang terjaga, baik secara lafadz dan isinya. Rasyid Ridha pernah berkata bahwa satu-satunya kitab suci yang dinukil secara mutawatir dengan cara dihafal dan ditulis adalah Al-Qur`an. Sebagaimana ayat di atas, hal ini merupakan janji Allah SWT yang akan selalu menjaganya sampa hari kiamat.

Salah satu penjagaan Allah SWT terhadap Al-Qur`an adalah dengan memuliakan para penghafalnya. Rasulullah saw bersabda, “Penghafal Al-Qur`an akan datang pada hari kiamat, kemudian Al-Qur`an akan berkata: ‘Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia.' Kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah (kehormatan). Al-Qur`an kembali meminta: 'Wahai Tuhanku tambahkanlah.' Maka, orang tu dipakaikan jubah karamah. Kemudian Al-Qur`an memohon lagi: 'Wahai Tuhanku, ridhailah dia.' Maka Allah SWT meridha nya. Dan diperintahkan kepada orang itu: 'Bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga).' Dan Allah SWT menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan.’” (HR Tirmidzi dar Abu Hurairah).

Selain sebagai penjagaan umat Islam terhadap kitab sucinya, menghafal Al-Qur`an merupakan identitas dan kebutuhan setiap muslim. Hal tersebut karena Al-Qur`an adalah jalan hidup setiap muslim. Tanpa adanya hafalan Al-Qur`an, seseorang tidak akan pernah tahu apa yang diperintahkan dan dilarang oleh agama, jiwanya tidak akan pernah terisi oleh ruh ajaran agama. Rasulullah saw bersabda, “Orang yang tidak mempunya hafalan Al-Qur`an sedikit pun adalah seperti rumah kumuh yang mau runtuh.” (HR Tirmidzi).

Menghafal Al-Qur`an baiknya tidak hanya lafadznya, namun harus diiringi dengan pemahaman dan pengamalan. Imam Malik dalam kitabnya Al- Muwatha menceritakan bahwa Ibnu Umar membutuhkan bertahun-tahun— malah ada yang mengatakan delapan tahun lamanya—hanya untuk menghafal surat Al-Baqarah. Hal ini menunjukkan bahwa para sahabat benar-benar mempelajari dan mengamalkan Al-Qur`an. Allah SWT berfirman, "Janganlah engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk membaca Al-Qur`an) karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya.” (QS Al- Qiyamah [75]:16).

Mengenai sebab turunnya ayat tersebut, Imam Bukhari mengeluarkan hadits dari Ibnu Abbas ra yang berkata bahwa setiap turun wahyu, Rasulullah saw suka menggerak-gerakkan lisannya dengan maksud ingin cepat menghafalnya. Kemud an, Allah SWT menurunkan ayat tersebut. Tentunya, melafadzkan Al-Qur`an saja sudah mendapatkan pahala, apalagi diiringi dengan pemahaman dan pengamalan.

selain keutamaan-keutamaan diatas, kita akan dimulyakan dunia-akhirat oleh siapapun... dan jasad seorang penghafal alqur'an akan abadi dan harum,,, itulah Bukti kekuasaan Allah. Dia tidak hanya menjaga fisik dan isi dari Alqur'an akan tapi Dia akan menjaga si Haamilil Qur'an...

(http://qultummedia.com)

Do'a Pagi..... _ Hijaz _

Bismikallahumma nad'u....
fy ghuduwwi wa rowa...
laka minna kullu hamdin...
fy masaain wa shobah...
hablana minka rosyada...
wahdina subulas sholah...
unna takwallahi nuurun,, wa thoriiqun lil falah...

Dengan namaMu Ya Allah...
kami meminta pada waktu pagi dan petang...
bagiMu segala pujian pada waktu pagi dan petang...
karuniakan kepada kami dari sisiMu petunjuk...
tunjukkan kami jalan kebaikan...
Sesungguhnya ketakwaan kepada Allah adalah Cahaya dan Jalan menuju kejayaan...

Seorang Kiyai, Penyair dan Pelukis....



A.Mustofa Bisri

MESKI Kiai Haji Achmad Mustofa Bisri dikenal sangat mobil. Kesana-kemari tak kenal lelah, baik untuk ceramah, diskusi, rapat NU, silaturahmi atau baca puisi. Tapi di bulan Ramadhan, jangan harap bisa ‘mengeluarkan’ Gus Mus —panggilan akrabnya— dari Pondok Pesantrennya di Rembang.
Kenapa ? Sebab tradisinya adalah : selama bulan Puasa, Gus Mus pilih kumpul dengan keluarga dan para santrinya.
Dia juga membiasakan membaca takbir dan shalawat 170 kali sehabis Maghrib dan Isya. “Ini memang sudah rutin” katanya. “Bila Ramadhan, saya khususkan untuk tidak keluar. Semua undangan ditolak !”
SANGAT boleh jadi, masa-masa bulan suci itu, juga digunakan Gus Mus untuk melakukan dua ‘hobi’ lainnya : menulis puisi dan melukis.
Untuk kegemarannya menulis, memang ada yang mengatakan sebagai nyleneh. Padahal, menurutnya, “bersastra itu sudah menjadi tradisi para ulama sejak dulu !”
“Sahabat-sahabat Nabi itu semua penyair, dan Nabi Muhammad SAW pun gemar mendengarkan mereka bersyair. Pernah Rasulullah kagum pada syair ciptaan Zuhair, sehingga beliau melepas pakaian dan menyerahkan kepadanya sebagai hadiah !”


JADI, kiai berpuisi itu tidak nyleneh ? “Sebenarnya bukan saya yang nyleneh, tapi mereka !” Mereka siapa ? Yang mengatakan dirinya nyleneh !
Sebab, menurutnya, “sastra itu diajarkan di pesantren. Dan kiai-kiai itu, paling tidak tiap malam Jumat, membaca puisi. Burdah dan Barzanji itu kan puisi dan karya sastra yang agung ?!”
“Al Qur’an sendiri merupakan mahakarya sastra yang paling agung !”
WALHASIL, meski KHA Mustofa Bisri adalah Rais Syuriah PBNU. Meski dia anggota Dewan Penasihat DPP PKB. Meski dia Pimpinan Pondok Pesantren Raudhatul Thalibien di Rembang. Tapi kegiatan menulis puisi memang sudah menjadi darah-dagingnya
“Bersastra itu kan kegiatan manusia paling tinggi, melibatkan rasio dan perasaan !” katanya.
Nyatanya pula, Prof Dr Umar Kayam memahami sekali hal itu. “Dalam perjalanannya sebagai kiai, saya kira, ia (Gus Mus) menyerahkan diri secara total sembari berjalan sambil tafakur. Sedang dalam perjalanannya sebagai penyair, ia berjalan, mata dan hatinya menatap alam semesta dan puak manusia dengan ngungun, penuh pertanyaan dan ketakjuban” katanya.
Hasilnya, antaralain kumpulan puisi bertajuk Tadarus. “Inilah perjalanan berpuisi yang unik !” lanjut Begawan Sastra Indonesia itu.



SELAIN menulis puisi, Mustofa Bisri juga punya kegemaran melukis. Karyanya sudah puluhan atau mungkin ratusan. Tapi kurang jelas, apakah karyanya itu juga dikoleksi para pandemen lukisan — dengan membeli seperti mereka membeli karya lulusan ISI, misalnya.
“Kekuatan ekspresi Mustofa Bisri terdapat pada garis grafis” kata pula Jim Supangkat, kurator kenamaan itu. “Kesannya ritmik menuju dzikir, beda dengan kaligrafi !”
ADA KEJADIAN menarik ketika diselenggarakan Muktamar I PKB di Surabaya. KHA Mustofa Bisri termasuk yang diunggulkan jadi Ketua Umum. Pendukungnya juga banyak. Bahkan konon Gus Dur pun men-support.
Tapi, ternyata, Mustofa Bisri sendiri menolak. Atau mengundurkan diri !
Gus Mus justru ... mengadakan pameran lukisan bersama dua temannya, yang mereka beri judul Tiga Pencari Teduh.
Ternyata, dunia politik memang tidak cocok bagi Gus Mus. “Saya mendengar politik saja sudah gerah” katanya. “Apalagi masuk ke dalamnya !”
Itulah salah satu motivasi dia menggelar pameran lukisan. Mencari keteduhan di tangan gemuruhnya politik !
Satu Kamar dengan Gus Dur di Al Azhar, Kairo, Mesir
BEGITU bapaknya, begitu pula ayahnya. Begitu kakeknya, begitu pula cucunya. Inilah yang terjadi pada Achmad Mustofa Bisri, atau Gus Mus.
Kakeknya, H Zaenal Musthofa, dikenal sebagai penulis cukup produktif. Ayahnya, KH Bisri Musthofa, lebih produktif lagi. Juga lebih beragam kegiatannya. Baik di lingkungan politik, pemerintahan, maupun di bidang kebudayaan.
Bisri Musthofa juga dikenal sebagai orator ulung!
Dua putranya kemudian mengikuti jejaknya. KH Cholis Bisri ‘mewarisi’ bakat ayahnya dalam politik, dan kini menjadi Wakil Ketua MPR. Sementara adiknya, Achmad Mustofa Bisri, ‘mewarisi’ kepiawaiannya dalam menulis dan bersastra.
Tapi keduanya tetap ‘jago’ dalam soal agama, seperti kakeknya maupun ayahnya. Mereka juga memimpin pondok pesantren.



ACHMAD MUSTOFA BISRI dilahirkan di Rembang pada 10 Agustus 1944. 
Selain mendapat gemblengan dari keluarga sendiri yang memang keluarga muslim yang sangat taat. Gus Mus memperoleh gemblengan di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri yang sohor itu. Kenangannya pada pesantren ini, antara lain terekam dalam puisinya berjudul Lirboyo, Kaifal Haal?
“Lirboyo, masihkah penghuni-penghunimu percaya pada percikan/ sawab-sawab mbah Manaf, mbah Marzuqi, dan mbah Mahrus rachimakumullah? / ataukah seperti dimana-mana itu tidak mempunyai arti apa-apa / kecuali bagi dikenang sesekali dalam upacara haul yang gegap gempita”
SELAIN memperdalam ilmu di Lirboyo, Gus Mus juga suntuk di Pondok Pesantren Krapyak, Yogya. Puncaknya belajar di Universitas Al Azhar, Kairo.
Di Al Azhar itulah, untuk pertama kali Gus Mus bertemu dan berkenalan dengan Gus Dur, yang kemudian menjadi Presiden keempat Republik Indonesia.
Seperti pengakuannya sendiri, mereka kemudian tinggal di satu kamar. Gus Dur banyak membantu Gus Mus selama di perguruan tinggi tersebut. Bahkan sampai memperoleh beasiswa.
Uniknya, atau ironisnya, Gus Dur sendiri kemudian tidak kerasan di Al Azhar. Dia DO. Lalu meneruskan studinya di Irak.
PULANG ke tanah air awal 1970-an, Gus Mus langsung... dinikahkan dengan Siti Fatwa. Gadis teman Gus Mus sendiri di masa kecil.
Jadi, agaknya, selama Gus Mus studi di Al Azhar, kedua orangtua mereka mematangkan rembuk untuk menjodohkan putera-puteri mereka!
“Banyak kenangan di antara kami” kata Gus Mus pula. “Semasa kecil saya kan sering menggodanya!”
Pasangan ini kemudian dianugerahi tujuh putra-putri. Sikap Gus Mus yang liberal didasari kasihsayang, agaknya sangat mengesankan putra-putrinya. Buktinya, Kautsar Uzmut, putri keduanya, memujanya. “Dia itu tipe Abah yang top!” katanya. “Saya sendiri memfigurkan pria seperti Abah yang nanti menjadi suami atau pendamping saya. Tapi terus terang, sangat sulit!”
MERASA tidak cocok dengan dunia politik, Gus Mus yang menguasai bahasa Arab, Inggeris dan Prancis memang kemudian lebih banyak berkiprah sebagai ‘kutu buku’ dan ‘penulis buku’. Tentu, di samping jabatan ‘resmi’ sebagai Rais Syuriah PB NU, Anggota Dewan Penasihat DPP PKB, dan tentusaja Pimpinan Pondok Pesantren di Rembang.
Meski Gus Mus pernah jadi Anggota MPR mewakili PPP, tapi ‘kiprah politiknya’ samasekali tidak menonjol. Sebab yang mencuat justru karya sastranya.
Di antara karyanya adalah: Ensiklopedi Ijmak, Proses Kebahagiaan, Pokok Pokok Agama, Kimaya Sa’adah, Nyamuk yang Perkasa dan Awas, Manusia. Serta kumpulan puisi OHOI, Tadarus, Pahlawan dan Tikus, Rubayat Angin dan Rumput, dan lainnya.
Selamat bertadarus puisi, Pak Kiai-penyair!

Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus), kini pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuth Thalibin, Rembang.  Mantan Rais PBNU ini dilahirkan di Rembang, 10 Agustus 1944. Nyantri di berbagai pesantren seperti Pesantren Lirboyo Kediri di bawah asuhan KH Marzuqi dan KH Mahrus Ali; Al Munawwar Krapyak Yogyakarta di bawah asuhan KH Ali Ma'shum dan KH Abdul Qadir; dan Universitas Al Azhar Cairo di samping di pesantren milik ayahnya sendiri, KH Bisri Mustofa, Raudlatuth Thalibin Rembang.
 
Menikah dengan St. Fatma, dikaruniai 6 (enam) orang anak perempuan : Ienas Tsuroiya, Kutsar Uzmut, Raudloh Quds, Rabiatul Bisriyah, Nada dan Almas serta seorang anak laki-laki: Muhammad Bisri Mustofa.  Kini beliau telah memiliki 3 (tiga) orang menantu: Ulil Abshar Abdalla, Reza Shafi Habibi dan Ahmad Sampton serta 3 (tiga) orang cucu: Ektada Bennabi Muhammad; Ektada Bilhadi Muhammad dan Muhammad Ravi Hamadah.
 
Selain sebagai ulama dan Rais Syuriah PBNU, Gus Mus juga dikenal sebagai budayawan dan penulis produktif.  Hasil karyanya antara lain :
Dasar-dasar Islam (terjemahan, Penerbit Abdillah Putra Kendal, 1401 H)
Ensklopedi Ijma' (terjemahan bersama KH. M.A. Sahal Mahfudh, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1987)
Nyamuk-Nyamuk Perkasa dan Awas, Manusia (gubahan cerita anak-anak, Gaya Favorit Press Jakarta, 1979)
Kimiya-us Sa'aadah (terjemahan bahasa Jawa, Assegaf Surabaya)
Syair Asmaul Husna (bahasa Jawa, Penerbit Al-Huda Temanggung)
Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem (Pustaka Firdaus, Jakarta, 1991,1994)
Tadarus Antalogi Puisi (Prima Pustaka Yogya, 1993)
Mutiara-mutiara Benjol (Lembaga Studi Filsafat Islam Yogya, 1994)
Rubaiyat Angin dan Rumput (Majalah Humor dan PT. Matra Media, Cetakan II, Jakarta, 1995)
Pahlawan dan Tikus (kumpulan puisi, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1996)
Mahakiai Hasyim Asy'ari (terjemahan, Kurnia Kalam Semesta Yogya, 1996)
Metode Tasawuf Al-Ghazali (tejemahan dan komentar, Pelita Dunia Surabaya, 1996)
Saleh Ritual Saleh Sosial (Mizan, Bandung, Cetakan II, September 1995)
Pesan Islam Sehari-hari (Risalah Gusti, Surabaya, 1997)
Al-Muna (Syair Asmaul Husna, Bahasa Jawa, Yayasan Pendidikan Al-Ibriz, Rembang, 1997).
Fikih Keseharian (Yayasan Pendidikan Al-Ibriz, Rembang, bersama Penerbit Al-Miftah, Surabaya, Juli 1997).

http://www.gusmus.net/page.php?mod=statis&id=1

Puisi-puisi A.Musthofa Bisri

A.Musthofa Bishri

“Bila ku titipkan,,,”

Bila kutitipkan dukaku pada langit, pastilah langit memanggil mendung.
Bila kutitipkan resahku pada angin, pastilah angin menyeru badai.
Bila kutitipkan geramku pada laut, pastilah laut menggiring gelombang.
Bila kutitipkan dendamku pada gunung, pastilah gunung meluapkan api.
Tapi,,, akan kusimpan sendiri mendung dukaku dalam lagit dadaku.
Kusimpan sendiri badai resahku dalamangin desahku.
Kusimpan sendiri gelombang geramku dalam laut asanku.
Kusimpan sendiri api dendamku dalam gunung.....
Kusimpan.... Sendiri....
(14-15H)

“Kau ini Bagaimana,,,”

Kau ni bagaimana atawa aku harus bagaimana? Kau ini bagaimana? Kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya,, kau suruh aku berfikir, aku berfikir, kau tuduh aku kafir,, ku harus bagaimana? Kau bilang bergeraklah..!! aku bergerak kau curigai,, kau bilang jangan banyak tingkah..!! aku diam saja kau waspadai,, kau ini bagaimana? Kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip, kau tuduh aku kaku,, kau suruh aku toleran, aku toleran, kau bilang aku plin-plan,, ku harus bagaimana? Aku, kau suruh maju, aku mau maju, kau selimpung kakiku,, kau suruh aku bekerja, aku bekerja, kau ganggu aku,, kau ini bagaimana? Kau suruh aku takwa, khutbah keagamaanmu, membuat aku sakit jiwa,, kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya,, ku harus bagaimana? Aku, kau suruh menghormati hukum..!! kebijksanaanmu menyepelekannya,, aku, kau suruh berdisiplin, kau menyontohkan yang lain,, kau ini bagaimana? kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilnya dengan pengeras suara,, setiap saat, kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai,, aku harus bagaimana? Aku, kau suruh membangun, aku membangun, kau merusakkannya,, aku, kau suruh menabung, aku menabung, kau menghabiskannya,, kau ini bagaimana? Kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah,, kau bilang aku harus punya rumah..!! aku punya rumah, kau meratakannya dengan tanah,, aku harus bagaimana? Aku, kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi,, aku, kau suruh bertanggungjawab, kau sendiri terus berucap ”Wallahu a’lam bis showab”, kau ini bagaimana? Kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku,, kau suruh aku sabar, aku sabar, kau injak tengkukku,, ku harus bagaimana? Aku, kau suruh memilihku sebagai wakilmu, sudah kupilih, kau bertindak sendiri semaumu,, kau bilang, kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu,, kau ini bagaimana? Kau bilang ”Bicaralah..!!” aku bicara, kau bilang ceriwis,, kau bilang jangan banyak bicara..!! aku bungkam, kau tuduh aku apatis,, aku harus bagaimana? Kau bilang kritiklah..!! aku kritik, kau marah,, kau bilang carikan alternatifnya..!! aku carikan alternatif, kau bilang jangan mendekte saja..!! kau ini bagaimana? Aku bilang terserah kau, kau tak mau,, aku bilang terserah kita, kau tak suka,, aku bilang terserah aku, kau memakiku,, kau ini bagaimana atau aku harus bagaimana....????
(1987)